Gp Ansor, TNI/Polri dan Kesbangpol Diskusi Problematika Tapal Batas

TULANGBAWANG, Lensalampung.com – Gerakan Pemuda Ansor Tulangbawang merespon kerap munculnya sengketa agraria, GP Ansor menggelar Diskusi Publik Problematika Tapal Batas Wilayah di Ponpes Darussalam Syafa’at, Kampung Moris Jaya Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, Selasa 23 Mei 2017 sekitar pukul 10.45 WIB pagi tadi.

Hadir dalam diskusi tersebut, Yen Dahren (Kaban Kesbangpol), AKP Riki Ganjar Gumilar (Kasat Intel Polres Tulang Bawang), Kapt. Inf. Agus Sutono (Pabung Kodim 0426/TB untuk Kab. Mesuji), Kompol Togatorop (Kapolsek Banjar Agung), Hariyanto (Ketua GP Ansor Tulang Bawang), Taufik (Ketua GP Ansor Cab Banjar Agung), Dedi Miske (Staf Kecamatan Banjar Agung), Imam Syafrudin (Sekretaris DPC PAN) dan sekitar 100 orang peserta.

Ketua GP Ansor Tulang Bawang, Hariyanto dalam sambutannya mengemukakan
kegiatan hari ini membahas problematika tapal batas, kegiatan yang diadakan GP Ansor di fokuskan di Ponpes karena Ponpes merupakan basis terbesar NU. Sedangkan pemuda adalah agen perubahan, karenanya dalam setiap perubahan pemuda harus menjadi Garda Terdepan.

“Beragam problematika tapal batas ada di Tulang Bawang, dari tiga dusun yang menjadi sengketa dengan Kabupaten Mesuji, kampung Cahyo Randu Unit 5 dengan Kabupaten Tulang Bawang dan banyak lagi masalah tapal batas kampung,”ungkapnya.

Karenanya, lanjut Hari sapaan akrabnya. Diskusi Tapal Batas sering dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat. Dengan kerap dilakukan diskusi maupun sosialisasi maka masyarakat akan lebih mengerti akan cara atau langkah penyelesaian, melalui jalur-jalur yang benar sesuai kaidah hukum. Sehingga permasalahan dapat selesai dengan damai.

Ditempat yang sama, Kasat Intel Polres Tulang Bawang AKP Riki Ganjar Gumilar, mengatakan diskusi Tapal Batas seharusnya dibuka oleh Pemerintahan Daerah, dalam Polemik tapal Batas, Polisi berperan selain memberi pelayanan juga melakukan penegakan hukum. Masalah tapal batas terakhir adalah di Dusun Minak Jebi Kampung Bumi Dipasena Abadi Kecamatan Rawajitu Timur.

“Mengenai konflik tapal batas masyarakat, tokoh masyarakat dan ormas adalah melaporkan permasalahan kepada aparat hukum. Jangan menarik kesimpulan sendiri tapi laporkan kepada aparatur hukum dan pemerintah agar cepat dalam melakukan mediasi,”katanya.

Sementara itu Pabung Kodim 0426/TB untuk Kabupaten Mesuji Kapt. Inf. Agus Sutono mengungkapkan, Pancasila sampai saat ini seperti mati suri, karena saat ini secara pelan-pelan dihilangkan dari mata pelajaran di sekolah. P4 dan BP7 sudah tidak ada lagi di mata pelajaran, sehingga pemuda saat ini seperti Asing dengan Pancasila, UUD 45 merupakan wujud nyata dari hasil perjuangan bangsa Indonesia, kebanggaan bangsa Indonesia. Tapi saat ini banyak dari UUD yang direvisi, dikhawatirkan mengurangi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

“Bhineka Tunggal Ika, keragaman yang terbungkus dalam kesatuan saat ini kondisinya mulai retak. Ini yang harus mulai dipupuk kembali, dieratkan kembali. NKRI, Indonesia dengan keragamananya, budaya, dan sumber daya alam nya menjadi incaran bangsa lain untuk merusak dengan tujuan menguasai. Ketiga pilar lainnya membuka celah perpecahan bagi NKRI,”ungkapnya dihadapan ratusan pemuda.

Sementara itu, Kepala Badan Kesbangpol Yen Dahren, menjelaskan Kabupaten Tulang Bawang berdiri pada 20 Maret 1997 yang merupakan pecahan dari Kabupaten Lampung Utara. Pada tahun 2008 Kabupaten Tulang Bawang melahirkan Kabupateb Mesuji dan Tulang Bawang Barat. Proses pemekaran dianggap sangat cepat sehingga menyisakan permasalahan khususnya tapal batas.

“Secara prosedur pembentukan kabupaten seharusnya membahas dulu tapal batas kedua Kabupaten namun saat pembentukan kemarin terbalik berdiri dulu Kabupatennya baru membahas luas wilayah,”jelasnya Yen Dahrem

Dia menambahkan, Permasalahan tapal batas memiliki banyak sebab, namun yang paling sering adalah masalah sumber daya alam. Untuk permasalahan tapal batas Kabupaten Tulang Bawang dan Mesuji sudah sampai tahap penyelesaian di Kementerian Dalam Negeri.

Diskusi berlangsung menarik, dalam diskusi pagi tadi juga diberikan seasons tanya jawab, Ibnu Suud (pengurus Lesbumi) menanyakan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, mengapa pelajaran Pancasila seperti dikaburkan
dan M. Latif Aziz (pengurus NU Banjar Agung) menanyakan tema masalah tapal batas dinilai ambigu tidak spesifik diharapkan kedepan lebih spesifik. Penetapan batas RT seperti apa. Ideologi Pancasila dipakai dalam berbangsa, asas Islam dipakai untuk amaliyah ini harus dipahami warga NU. Bagaimana sikap masyarakat jika menemukan paham khilafah HTI atau lainnya

Etika Revolusi Nusantari (Perwakilan PMII) menanyakan dalam masalah tapal batas, sebagai mahasiswa apa hanya cukup melaporkan masalah tapal batas dan menunggu penyelesaian yang tidak kunjung datang atau harus melakukan apalagi

Beberapa pertanyaan mendapat tanggapan dari narasumber diantaranya yakni, Yen Dahren Kaban Kesbangpol
Menyebutkan permasalahan hilangnya Pancasila dalam kurikulum sering menjadi pertanyaan dalam setiap pertemuan. Melalui Dinas Pendidikan sudah pernah disampaikan untuk menyampaikan nilai Pancasila dalam masa orientasi siswa dan menjadi pembina upacara untuk menyampaikan nilai pancasila

Sementara itu AKP Riki Ganjar Gumilar Kasat Intel Polres Tulang Bawang memberikan penjelasan Kenapa keturunan Nabi Muhammad SAW diusir dari tanah Arab? Intinya adalah sama dengan mengapa Pancasila dihapuskan. Itu adalah upaya untuk melemahkan bangsa Indonesia atau menghilangkan kesatuan Indonesia, HTI belum dibubarkan, akan dibawa keranah hukum sehingga pembubarannya menurut aturan hukum. Apabila ditemukan selebaran propaganda amankan orangnya ke Amir Masjid lalu laporkan ke aparat pemerintahan, tapi jangan main hakim sendiri. (Rls)