Lampung Meraih Pin Emas Dari Pemerintah Pusat Penghasil Pangan Terbesar

BANDARLAMPUNG, Lensalampung.com – Lampung meraih Pin Emas dari pemerintah pusat sebagai penghasil pangan terbesar dan menjadi fokus pertanian pusat dalam sistem logistik nasional.

Sejak Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo-Bachtiar Basri menjabat 2 Juni 2014, produksi padi menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung sebesar 3,32 juta ton gabah kering giling (GKG). Pada 2015, perlahan produksi padi naik menjadi 3,64 juta ton GKG atau naik 9,69%. Dan pada 2016 naik menjadi 4,35 juta ton atau naik 19,61%.

“Ini tentu berkat kerja keras kita semua. Kepercayaan pusat yang meminta kenaikan produksi 1 juta ton di akhir 2017, harus mampu diwujudkan dengan kebersamaan para bupati dan walikota di sentra penghasil padi.” kata Gubernur Ridho

Gubernur Ridho mengingatkan muara akhir produksi padi Lampung pada akhir 2017 dari Kementerian Pertanian adalah 4,4 juta ton GKG. Upaya yang dilakukan untuk menuai target itu dengan mendorong mekanisasi pertanian guna meningkatkan efisiensi alat dan mesin pertanian dan produktivitas.

“Salah satu cara dengan merehabilitasi besar-besaran jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier pada 2016. Alhamdulillah sejak 2016 produksi air pertanian Lampung surplus sehingga Provinsi Lampung surplus air pertanian.” kata GUbernur.

Koordinasi Gubernur Lampung secara intens dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, membuat Lampung mendapat gelontoran dana fantastis pada 2016 sebanyak Rp163,8 miliar. Dana itu dipakai untuk memperbaiki 16 dari 19 daerah jaringan irigasi yang menjadi kewenangan Provinsi Lampung.

Ridho FIcardo menjelaskan, daerah jaringan itu tersebar di Pringsewu, Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, dan Lampung Barat. Pemprov Lampung memiliki kewenangan mendistribusikan air kepada 21.045 hektare lahan pertanian. “Targetnya seluruh jaringan irigasi dapat diperbaiki tahun ini,” tambahnya.

Kenaikan produski itu menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortiultura Lampung Edi Yanto, tidak lepas dari mekanisme pratanam sebagai upaya memperpendek waktu olah tanah. Selama kurun waktu 2015-2016 pemerintah membantu 1.004 unit traktor roda dua (2015) dan 1.055 unit (2016). Lalu 171 alat tanam (transplanter) pada 2015 dan 112 unit pada 2016. “Ada juga bantuan benih padi dan jagung, baik hibrida, organis, hazton, jajar legowo, maupun inhibrida,”kata Edi Yanto.

Kenaikan target produksi pangan Lampung juga membuat pemerintah menaikkan alokasi pupuk bersubsidi sehingga sejak 2015, LAmpung selalu menempati posisi teratas alokasi terbesar di luar Jawa. Pada 2015, totalnya 484 ribu ton, 530 ribu ton (2016), dan 550 ribu ton pada 2017. “Memang jumlahnya belum cukup, tapi kami bersyukur selalu nomor satu di luar Jawa,” kata Edi. (BA)