BANDAR LAMPUNG- Setelah bergulir di 100 desa pada 2016, Gerakan Membangun Desa Sai Bumi Ruwai Jurai (Gerbang Desa Saburai) kembali membidik 250 desa di 2017 dan ditargetkan 380 desa dapat terangkat dari status tertinggal pada 2018.
Provinsi Lampung memiliki 2.435 desa, namun sasaran program ini menyasar desa kategori tertinggal sejak 2016, setiap desa mendapat kucuran dana Rp240 juta. GerbangDesa Saburai, menurut Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo berangkat dari fakta lapangan masih banyak desa tertinggal yang butuh percepatan pembangunan. “Seluruh desa yang masuk program ini dipilih berdasarkan data Badan Pusat Statistik sebagai alat ukur. Desa yang tertinggal dibangun secara bertahap agar dalam tiga tahun dapat berubah dari status tertinggal,” kata Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo, di Bandarlampung, Selasa (30/5/2017).
Gerakan ini dimulai dari 100 desa yang betul-betul tertinggal secara infrastruktur, pada 17 Desember 2015 di Jatiagung, Lampung Selatan. Semua desa yang dipilih berdasarkan indeks kemajuan desa (IKD) BPS Lampung. Itu sebabya, di awal program ini sasaran utama penggunaan dana difokuskan pada infrastruktur seperti peningkatan jalan onderlagh, jalan paving blok, lapen, rabat beton, sarana air bersih, sumur bor, dan pemandian umum. Kemudian, tembok penahan tanah, drainase, gorong-gorong, dan jembatan dan kantor desa.
Sebagai program berkesinambungan (sustainable), Gerbang Desa Saburai di 2017 menargetkan 250 desa. Program ini tersebar di Tanggamus sebanyak 53 desa, Pringsewu (5), Lampung Barat (18), Lampung Utara (35), Pesawaran (20), Lampung Timur (4), Lampung Tengah (7), Lampung Selatan (12), dan Mesuji (21). Kemudian, Pesisir Barat (29), Waykanan (19), Tulangbawang (15), dan Tulangbawang Barat (12).
Kegiatan ini diawasi satu fasilitator tiap desa sehingga ada 250 fasilitator yang didukung 13 koordinator wilayah dan 12 anggota Tim Pendamping Provinsi. “Kami memberi kebebasan kepada masyarakat desa memanfaatkan dana tersebut sesuai kebutuhan berdasarkan musyarawah desa. Silakan dipakai untuk mempercepat ketertinggalan desa,” kata Ridho.
Ridho bersyukur program ini mendapat apresiasi dari pemerintah pusat yakni Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. “Syukur Alhamudillah, program ini mendapat penghargaan sebagai salah satu program terbaik Provinsi Lampung dan terpilih masuk tiga besar nasional program yang langsung menyentuh masyarakat desa,” kata Ridho.
Program intervensi Pemprov Lampung ini, menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Yuda Setiawan, tidak hanya berpatokan pada bantuan Rp240 juta itu. Seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemprov Lampung ramai-ramai mengeroyok desa tertinggal dengan berbagai program.
Tahun ini, kata Yuda, sasaran Gerbang Desa Saburai membangun 73.046 meter jalan, 5.136 meter tembok penahan tanah, 99 unit gorong-gorong, 21 jembatan, 16.776 meter drainase, 2.638 meter irigasi, 86 unit sanitasi lingkungan, dan satu unit penampungan ikan. Selain itu, dua unit bak sampah, 33 kantor desa, 22 posyandu, 28 los pasar, 137 sumur bor, dua ruang terbuka publik, dan program sarana air bersih dengan membangun 20 bak serta 19.429 meter pipa.
“Pada dasarnya infrastruktur yang dibangun melanjutkan program di 2016. Namun ada beberapa penambahan program sesuai kebutuhan dan usulan masyarakat,” kata Yuda Setiawan. (BA)