Mesuji, Lensalampung.com – Gema suara Bung Karno mencabik keheningan malam. Pukul 20.30 WIB di aula mini Taman Kehati Mesuji pada pada Senin malam (07/06/21). Suara itu menandai diawalinya diskusi peringatan hari lahir Pancasila dengan tema, Pancasila: Perekat yang Tercerai dalam Perspektif Pemuda Antar Agama.
“Revolusi ini bukan revolusi Soekarno, tapi adalah revolusi rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke!” pekik Bung Karno melalui video dokumentasi pidatonya pada 1 Juni 1945 yang diputar di awal acara.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Mesuji, Apriadi, S.E, yang didaulat sebagai moderator mengatakan kegiatan ini digagas oleh Half Galeri dan Rumah Baca bersama Pemuda Muhammadiyah dan Pemuda Batak Bersatu Kabupaten Mesuji.
“Dengan memperdengarkan kembali detik-detik saat Sang Proklamator mengemukakan gagasan besar Pancasila di hadapan Badan Persen Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1945 itu, ada sebuah pesan yang ingin dikemukakan bahwa, Pancasila bukanlah sesuatu yang remeh tapi besar. Sangat besar. Dan karena itu, memperingatinya juga adalah hal yang juga penting,” kata Apri.
Ketua Pemuda Batak Bersatu (PBB) Kabupaten Mesuji, Juan Situmeang, dalam kesempatan itu mengemukakan konteks Pancasila sebagai perekat dan pemersatu yang harus terus dijaga agar tetap sejalan dengan misi besar para Bapak Bangsa.
“Meneguhkan keberadaan Pancasila yang nilai-nilainya kian hari makin tergerus adalah hal yang penting. Ke depan, kita berharap ini dapat terus dilakukan, setidaknya untuk mengingatkan diri sendiri,” ucap Juan.
Senada, ketua Pemuda Muhammadiyah Mesuji, Fajar, berpandangan serupa.
“Karena persatuan adalah sebuah nilai yang terus memastikan bahwa, di sini, kita tetap memiliki cinta,” katanya.
Mewakili Pemuda Anshor, Latiful Wahid, juga mengingatkan agar para pemuda tidak terpecah oleh hal-hal yang tidak prinsip.
“Pancasila adalah idiologi papan tengah atas kebinekaan kita sebagai bangsa dan itu adalah fitrah yg harus sama-sama dijaga,” kata Latiful.
Made karye, perwakilan Pemuda Hindu menguatkan dengan merekonstruksi falsafah Hindu dalam konteks ini.
“Sebagai penganut Hindu, kami memahami bahwa, kita semua pada dasarnya adalah bersaudara atau basudewa kutum bakan. Konsep ini sangat selaras dengan tema yang sedang kita bicarakan dalam perspektif pemuda sebagai pelanjut tujuan para Bapak Bangsa,” demikian Made.
Menyuarakan pendapat pemuda Budha, Budi Suradi merefleksikan prihal Pancasila sebagai idiologi yang kuat yang akhir-akhir ini cenderung terpinggirkan oleh kebebasan media sosial.
“Pengetahuan pemuda-pemuda sekarang terkait Pancasila bahkan yaris hilang. Cinta kasih sebagai penjaga keluhuran bangsa mulai terkikis sehingga semua hal tentang Mesuji cenderung terlihat jelek di luar,” ujar Budi.
Suara Eksekutif
Mewakili Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Mesuji, Slamet Sulaiman, mengawali dengan mengemukakan apresiasi atas kegiatan ini.
“Setidaknya, acara ini juga adalah masukan bagi kami di Kesbangpol dan instansi terkait dan saya kira selepas ini kami akan berkoordinasi terkait inisiasi kegiatan serupa ke depan,” kata Slamet.
Dia menambahkan, hal lain yang menggembirakan atas acara ini adalah karena penggagasnya adalah para pemuda lintas agama.
Ungkapan Slamet diperkuat Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah, Agung Subandara, yang menyebutkan bahwa sejatinya, kegiatan ini berangkat dari keresahan bersama yang salah satunya adalah dampak dari medsos.
“Oleh sebab itu, di sisi literasi, kita memang harus berani membanjiri ruang digital kita dgn konten kreatif dan bernuansa positif untuk melawan konten-konten buzzer yang cenderung tidak edukatif,” tandas Agung.
Enggar Cahyadi, Sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) berharap agar penguatan Pancasila juga didukung secara politis.
“Dan, penting untuk dipertimbangkan bahwa, setiap peserta Paskibraka, nantinya, akan kita dorong menjadi duta Pancasila,” tekat Enggar.
Di akhir sesi, Penasihat Pemuda Anshor yang juga Ketua Komisi II DPRD Mesuji, Jhon Tanara, meminta agar Kesbangpol dapat menginisiasi kegiatan-kegiatan semacam ini di masa mendatang.
“Sejujurnya, sedikit banyak, kegiatan malam ini sebenarnya mencubit kita semua khususnya eksekutif dan legislatif. Tapi bagaimanapun, saya harus menyampaikan terimakasih pada inisiator acara sebab mereka melakukannya dengan cinta,” demikian Jhon Tanara.
Turut memeriahkan kegiatan ini, selain para penggiat Half Galeri dan Rumah Baca, tampak hadir Ketua dan Sekretaris Lembaga Pendidikan Jurnalistik Desa (LPJD) juga jajaran pengurus dan PWI dan PWRI Kabupaten Mesuji. (Ishar)