BANDAR LAMPUNG – Ketua Dewan Pakar Mappilu-PWI Pusat, DR Ferry Kurnia Rizkiyansyah menyitir pernyataan menarik. Ternyata alih-alih kaum abege yang rawan atas fenomena hoaks, melainkan kelompok masyarakat di rentang usia 40 tahun ke atas.
“Kalau kaum milienials mendapat informasi dari media sosial, maka mayoritas sudah melakukan cek validitas, baru kemudian di-share. Sementara kelompok baby-boomers yang di atas 40 tahun yang malah rawan terkait fenomena hoaks,” ujar Ferry.
Ferry menjadi salah satu pembicara dalam acara diskusi publik yang digelar PWI Lampung di Balai Wartawan, Selasa (26/2/2019) pagi.
Selain Ferry, juga hadir Ketua KPU Lampung DR Nanang Trenggono, Komisioner Bawaslu Iskardo Panggar dan Ketua DKD PWI, DR Iskandar Zulkarnain.
Acara diskusi dilakukan usai pelantikan pengurus Mappilu kabupaten-kota se-Lampung oleh Plt Ketua PWI Nizwar.
Ferry menjelaskan kalau pemilu 2019 merupakan pemilu paling rumit sedunia. “This is the most complicated election in the world. Tiap pemilih harus membuka lima lembar kertas suara dari pemilihan presiden, DPD, DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten-kota,” papar komisioner KPU Pusat periode 2012-2017 itu.
Dalam sambutannya, Ketua PWI Nizwar menginstruksikan seluruh jajaran Mappilu untuk menyukseskan pesta demokrasi. “Kita juga bekerjasama dengan Polresta Bandarlampung mendeklarasikan Pemilu Damai 2019,” papar Nizwar.
Ferry memuji aktivitas PWI Lampung yang menjadi salah satu implementasi fastabiqul khairot. “Berlomba-lomba dalam kebaikan. Lampung sering jadi patokan mappilu-mappilu lain dalam hal inovasinya,” pungkas Ferry. (Rls)