Wabah Corona, ingatkan Urgensi Membangun Ketahanan Pangan Mandiri dan Kreatif

Lensa News154 views

Bandung, Lensalampung.com – Polemik perlu tidaknya lockdown atasi pandemi virus Corona terus bergulir di tengah masyarakat. Meskipun perbedaan pendapat itu sesuatu yang wajar, akan tetapi karena ini menyangkut keselamatan orang banyak maka arus pro kontranya terasa sangat deras.

” Jika opsi lockdown yang dipilih pemerintah, maka melahirkan 3 masalah baru, yaitu (1) Ketersediaan anggaran atau uang untuk memberikan jaminan kebutuhan pokok masyarakat, (2) Ketersediaan bahan pangan/sembako, (3) Pola pendistribusian kebutuhan pokok mengingat jumlah warga Indonesia yang banyak dan tersebar luas, dan (4) Ketersediaan tenaga yang akan bertugas melakukan pendistribusian dengan aman “, kata Dewan Pakar PERPADI Jawa Barat Dede Farhan Aulawi di Bandung, Jum’at (2/4).

Tetapi paling tidak kasus pandemi virus Corona ini, telah membuka mata dan menyadarkan masyarakat Indonesia tentang urgensi membangun ketahanan pangan nasional yang tangguh. Untuk saat ini mungkin bisa dipahami atas ketidaksiapan kita, juga negara-negara yang lainnya. Tetapi jika misalnya terjadi kasus yang berulang, apakah kala itu ketahanan pangan nasional bisa diyakinkan sudah siap ?

Di kala normal saja untuk menjamin ketersediasn kebutuhan pangan kita masih banyak yang import. Bagaimana dalam kondisi seperti saat ini, dimana negara luar juga sedang sibuk menguruskan masalah wabah yang terjadi di negaranya. Artinya kita tidak bisa import. Lalu stock cadangan pangan kita mampu bertahan berapa lama untuk menjamin kelangsungan hidup sekitar 270 juta orang itu.

Oleh karena itu, sejak dini negara harus aktif melakukan terobosan-terobosan inovatif dalam menunjang ketahanan pangan nasional. Misalnya Prawita GENPPARI punya program Pegiat Ketahanan Pangan Nasional (Paket Panas) yang mengembangkan pertanian Ecoponik-nya di bawah nahkoda Abah Eko. Integrasikan program yang bagus ini agar bisa diakselerasi menjadi program nasional.

Masalah-masalah krusial di bidang pertanian itu adalah sempitnya lahan produktif karena alih fungsi lahan yang tidak terkontrol, berkurangnya minat buruh tani untuk tetap menggeluti profesinya, tingkat kesejahteraan petani yang belum diperhatikan, harga pupuk dan gabah, maraknya beras impor, dan lain – lain. Belum lagi pancaroba musim dimana saat musim kemarau yang panjang menyebabkan gagal panen. Dengan demikian inovasi di bidang pertanian harus mampu menjawab beberapa persoalan di atas. Tegas Dede.

Mudah-mudahan setelah wabah Corona bisa teratasi, kebijakan dalam penguatan sektor pertanian bisa diprioritaskan. Sehebat apapun pembangunan infrastruktur, jika tidak ditunjang oleh ketahanan pangan yang memadai akan menimbulkan banyak persoalan.

” Mari kita bangun ketahanan pangan nasional dengan mengintegrasikan seluruh kreativitas dan inovasi anak negeri menjadi Program Pangan Kreatif “, ajak Dede menghimbau masyarakat dan pemerintah, sekaligus mengakhiri percakapan. (Red)