Pertahankan Hidup, Seorang Adik Rela Habiskan Waktu untuk Kakaknya

Lensa News143 views

LAMPURA,  Lensalampung.com – Dengan alasan ‘pasrah’ terhadap keadaan yang melanda, perjuangan bertahan hidup tetap dilakukan dua saudara kandung meski dengan kondisi serba kekurangan. Kakak beradik itu ialah Jasamah (44) dan Alpaidi (42) yang tinggal tinggal di Dusun Talangdering Desa Gunung Gijul Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung Utara.

Nyaris selama hidupnya, mereka tinggal di sebuah rumah panggung sederhana dengan atap yang hanya ditutupi dengan seng berlapis genteng yang telah usang rupanya.
Mirisnya lagi, gubuk Jasamah hanya berukuran 2×2 meter dengan beralaskan tikar, ditambah lagi hanya ada satu lubang angin berukuran tak lebih 20 cm × 20 cm.

Disanalah tempat peristirahatan dan segala aktivitas dilaksanakan, mulai dari makan, minum dan MCK (mandi cuci dan kakus) baginya. Diketahui Jasamah yang disapa akrab MA ini mengalami cacat bawaan, yang mengakibatkan dirinya susah berjalan berbicara dan berjalan. Semasa hidupnya dihabiskannya di pembaringan dengan duduk dan tidur.

Untuk memenuhi kebutuhan makanya Jasamah dilayani oleh adiknya Alpaidi yang berstatus bujangan. Dengan hanya mengandalkan hidup dari sang adik yang berprofesi sebagai penderes karet, tak lebih dari 150.000/minggu yang dicukupkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dua kakak beradik ini.

“Saat ini saya hanya bisa pasrah, menunggu uluran tangan dermawan atau pemerintah yang peduli pada kami. Sebab, untuk mengobatinya sampai sembuh benar seperti orang normal kebanyakan mustahil. Kami hanya mampu membawanya ke alternatif, disana pun mereka tak sanggup mengobati sampai sembuh total,”  kata pria berjiwa besar tersebut.

Alpaidi mengaku, selama ini guna penobatan ia hanya berusaha seorang diri, tidak ada bantuan dari Pemerintah setempat yang diharap untuk mengurangi beban saudaranya.

“Itu yang paling banyak saya rasakan, saat sedang sibuk-sibuk bekerja dikebun misalnya tiba-tiba kakak ingin makan atau minum. Terpaksa berhenti dulu bekerja, pulang untuk membantunya. Mau bagaimana keadaannya seperti ini, terpaksa memilih untuk sendiri demi berbakti pada keluarga,” tambahnya.

Menurutnya, MA adalah anak kedua dari lima bersaudara dan Alpaidi anak ke tiga. Disana mereka tinggal berdua, orang tua lelakinya telah meninggal dunia dan sang ibu telah sakit-sakitan yang kini tinggal di kotabumi dengan saudaranya.

Terpisah, Kepala Desa Gunung gijul Feri Ferdiyansyah saat dikonfirmasi, mengatakan, kedua saudara sekandung ini kehidupannya memang cukup memprihatinkan, sehingga membutuhkan uluran tangan dari para pendarma ataupun pemerintah. Sehingga dapat mengurangi beban hidupnya yang semakin berat dalam keterbatasan ekonomi keluarganya.

“Kalau desa sifatnya hanya ala kadarnya melalui swadaya  masyarakat, itupun terbatas dengan kondisi perekonomian warga. Kalau masalah bantuan, keluarga ini praktis tidak ada yang didapat. Jadi kami mohon kiranya yang bersudi memberikan uluran tangan, monggo ditunggu,” ucap Kades. (BS)